WahanaNews.ID | Untuk menemukan cara menghasilkan makanan di luar angkasa, organisasi antariksa berbagai negara, termasuk NASA, JAXA, dan ESA, bekerja sama dengan bisnis makanan. Yang menarik, limbah plastik bisa diolah menjadi sumber makanan di luar angkasa.
Salah satu panel ahli di acara Consumer's Electronic Show (CES) 2023 membahas solusi yang sedang dikembangkan para ahli untuk menyediakan pangan bagi manusia selama penerbangan luar angkasa, bahkan jika kita tinggal di Mars atau Bulan.
Baca Juga:
Revolusi Spacewalk: Urine Astronot Kini Bisa Jadi Air Minum dalam Hitungan Menit
Mengubah plastik menjadi makanan yang dapat dikonsumsi, menjadi salah satu solusi yang menonjol dan menarik perhatian. Solusi ini dikembangkan sebuah perusahaan bernama Beehex.
Steak dari plastik
Beehex mengembangkan solusi makanan luar angkasa menggunakan teknologi printer 3D. Perusahaan ini didirikan oleh Anja Contractor, pengusaha dan engineer yang berafiliasi dengan NASA. Idenya bermula dari mencari cara memberikan makanan hasil cetak 3D bagi astronaut dalam gayaberat mikro. Di sini, waktu kru sangat terbatas dan memasak tentu tidak menjadi pilihan.
Baca Juga:
Hindari Tabrakan, Stasiun Luar Angkasa Lakukan Manuver Reboost
"Sampah plastik dikumpulkan, lalu dihancurkan. Pada akhirnya, limbah ini akan dipindahkan ke bioreaktor, yang mengandung bakteri rekayasa yang sangat spesifik," kata juru bicara Beehex, dikutip dari Interesting Engineering.
Bakteri yang direkayasa ini akan memakan plastik dan mengubahnya menjadi biomassa. Selanjutnya, biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai tekstur dan bentuk.
"Jadi jika ingin membuat steak dari plastik, seluruh mekanisme ini akan bisa menghasilkan steak dari plastik, dada ayam, dan makanan lainnya," jelas Anja.
Atasi kerawanan pangan di Bumi
Menghasilkan makanan menggunakan printer 3D, menurut Beehex juga bisa membantu mengatasi kerawanan pangan di Bumi.
Anja mengungkapkan bahwa proyek tersebut didanai oleh The Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), salah satu kekuatan terbesar yang didukung pemerintah di balik inovasi di AS.
"Idenya adalah untuk menempatkan wadah jenis ini terlebih dahulu pada operasi bantuan bencana pangan seperti yang terkait dengan FEMA (Federal Emergency Management Agency), atau lokasi yang terdapat kamp pengungsian," katanya.
"Khusus Angkatan Darat atau Korps Marinir AS, itu yang kita targetkan, karena itu rencana yang paling nyata," imbuhnya.
"Anda bisa menjual mesin ini ke FEMA, dan berbagai pemerintah di seluruh dunia, termasuk organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jadi itu adalah langkah pertama," tegasnya.
Nantinya, subkomponen mesin akan dibuat agar sesuai dengan pesawat luar angkasa dan stasiun luar angkasa orbit rendah Bumi (LEO) seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan Orbital Reef.
"Muatannya harus sangat ringan. Kami memperkirakan proyek ini akan dimulai sekitar tahun 2026 hingga 2027. Dan aplikasi pertama akan berbasis di Bulan," ungkapnya.[zbr]