WahanaNews.id | Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan pelaku usaha wajib waspada di tengah kenaikan harga komoditas termasuk batu bara yang menurutunya dipengaruhi oleh faktor geopolitik.
"Saya katakan hubungan perperangan ekonomi sudah ada antara Indonesia, Cina, dan Australia. Sekarang pembelian batubara itu menguntungkan Indonesia karena Cina stop beli batubara dari Australia," ujar Presiden Direktur Indika Energy itu dalam sebuah webinar, Rabu, (6/10/2021).
Baca Juga:
Klaim Stok Pangan Aman, Tri Adhianto Imbau Warga Jangan ‘Panic Buying’
Namun demikian, proses geopolitik itu nantinya bisa saja berubah kembali. Misalnya, ketika Cina tiba-tiba kembali memberi batubara dari Australia. "Jadi kita harus waspada karena berbicara dari konteks geopolitik."
Di sisi lain, ia tak bisa memastikan bahwa tingginya harga komoditas ini bisa disebut bubble atau tidak. Namun, ia menyebut banyak pihak yang salah memproyeksikan permintaan energi, khususnya batu bara, di masa pandemi ini. Sehingga, hal tersebut menyebabkan harga melambung.
Pada prinsipnya, ia mengingatkan dunia usaha untuk tetap memanfaatkan kesempatan yang ada, tapi tetap waspada. Sebab, menurut Arsjad, kesempatan itu tidak datang dua kali.
Baca Juga:
Kadin Siap ‘All Out’ Dukung Kementan Bangun Sektor Pertanian dan Capai Swasembada Pangan
"Jadi kita harus ada di sana tapi harus tetap waspada," kata dia.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2021 menembus angka US$ 161,63 per ton akibat dipengaruhi permintaan yang terus meningkat di Cina.
"Kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik, juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam," kata Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, (5/10/2021).