"Jadi, ini adalah pertarungan yang dia (Putin) benar-benar tidak ingin alami dan itu akan dengan cepat meningkat menjadi jenis kompetisi lain yang tidak ingin dilihat siapapun," tambahnya.
Meski begitu, Austin menambahkan bahwa saat ini pihaknya siap bila memang eskalasi besar dengan Rusia terjadi. Ia menyebut Pentagon selalu memantau situasi dari hari ke hari.
Baca Juga:
Putin Sebut Slovakia Siap Jadi Tuan Rumah Perundingan Damai Rusia-Ukraina
"Kami sangat mampu menanggapi segala bentuk atau mode eskalasi jika diarahkan oleh presiden."
Komentar Austin ini sendiri muncul setelah Putin dan pejabatnya di Kremlin mengancam NATO dan AS pada akhir April lalu. Putin mengatakan posisi NATO dan AS yang membantu Ukraina telah mengganggu serangan militernya. Ia sempat berjanji untuk memberikan balasan yang 'secepat kilat' kepada setiap negara yang membantu Ukraina.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita pemerintah TASS pada 13 April bahwa Rusia akan mempertimbangkan kendaraan AS dan NATO yang mengangkut senjata di wilayah Ukraina sebagai "target militer yang sah."
Baca Juga:
Ultimatum Dunia, Putin Tegaskan Rusia Siap Gunakan Nuklir untuk Bela Diri
Tak hanya itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengangkat aliansi Barat itu saat wawancara 25 April lalu dengan mengatakan, "NATO pada dasarnya akan berperang dengan Rusia melalui proxy dan mempersenjatai proxy itu. Perang berarti perang."
Bahkan sebelum Rusia memulai serangannya ke Ukraina pada 24 Februari, Putin membuat peringatan publik serupa kepada NATO.
November lalu, ia mengatakan negaranya akan merespons jika NATO melewati "garis merah" dengan memberikan Ukraina sistem serangan rudal tertentu. [tum]