Serupa denga Ida, Euis dari desa Cibeber yang sehari-hari Bertani pun memilih kental manis. Ia mengaku tak bisa memenuhi kebutuhan ASI untuk sang anak, namun juga harus mempertimbangkan jatah pengeluaran keluarga. Euis mengaku, dengan memberikan kental manis untuk sang bayi, dapat menggantikan ASI. Sangat disayangkan, kedua ibu muda ini, tidak menyadari risiko tingginya kandungan gula pada produk kental manis yang dikonsumsi oleh anaknya 2-4 kali sehari.
Terhambatnya pemberian ASI selama ini kerap dikaitkan dengan keberadaan susu formula. Jika berkaca pada kisah sejumlah ibu di atas, terdapat persoalan lain yang mengakar ketimbang mengkambing hitamkan susu formula, yaitu minimnya regulasi yang dapat melindungi perempuan.
Baca Juga:
Bahayakan Kesehatan, BPKN: Waspadai AMDK dengan Bromat Melebihi Batas Aman
Dilansir dari laman WHO, menyebutkan lebih dari setengah miliar perempuan pekerja tidak mendapat perlidnungan maternitas. Karena itu, dalam pekan ASI 2023 yang berlangsung pada 1-7 Agustus kemarin, WHO mendesak peluang strategis untuk mengadvokasi hak-hak pekerja yang penting untuk keberhasilan menyusui, termasuk cuti melahirkan minimal selama 18 minggu, idealnya lebih dari 6 bulan, dan kebijakan pendukung setelahnya di tempat kerja.
Lalu, apakah pemberian susu formula disamping ASI untuk anak adalah sebuah kesalahan? dr. Robert Soetandio, dari Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya mengatakan dalam memenuhi kebutuhan gizi anak penting bagi orang tua untuk memahami beberapa hal.
"Meskipun ASI tetap menjadi asupan terbaik untuk bayi, terdapat situasi di mana pemberian susu formula menjadi alternatif yang dianjurkan, terutama jika ibu atau anak menghadapi masalah medis tertentu yang menghambat pemberian ASI," jelas Robert.
Baca Juga:
Penyakit Mpox Jadi Darurat Kesehatan Global, Kenali Cara Penularannya
Dijelaskan Robert, setiap susu memiliki kandungan yang berbeda-beda.
"Kecermatan dalam pemilihan susu formula sangat diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi secara optimal, mendukung tumbuh kembangnya," jelasnya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]