"Untuk kapal yang menuju Israel dari Asia, rute mengelilingi Afrika adalah jauh lebih panjang – sekitar 7.000 mil laut dan 10-14 hari dibandingkan melalui Terusan Suez. Rute ini juga memerlukan biaya bahan bakar yang lebih besar," kata CEO Freightos Zvi Schreiber.
"Sejak awal perang, tarif pelayaran dari China ke pelabuhan Israel sudah naik 46-58 persen," lanjut Schreiber.
Baca Juga:
Arab Saudi Batasi Penggunaan Tanah oleh Pasukan AS Serang Houthi
Grup pelayaran kontainer Taiwan Evergreen Line menyatakan telah memutuskan untuk sementara berhenti menerima kargo Israel.
Pada Sabtu, kelompok kontainer OOCL yang berkantor pusat di Hong Kong mengatakan bahwa "karena masalah operasional," mereka akan berhenti menerima kargo ke dan dari Israel sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Perusahaan-perusahaan lain seperti A.P. Moller-Maersk dari Denmark menyatakan akan mengenakan "biaya tambahan risiko darurat" untuk semua kargo yang diturunkan di terminal Israel.
Baca Juga:
Berbekal Perangkat Jadul, Houthi Nekat Lawan AS yang Andalkan Jet Tempur Canggih F-35
Perusahaan kontainer Israel, Zim, mengaku ancaman yang terus meningkat telah melambungkan biaya tambahan yang lebih tinggi yang harus ditanggung kapal-kapalnya termasuk tarif masuk pelabuhan-pelabuhan Israel dari Asia.
Tarif baru ini "diperlukan untuk mempertahankan tingkat layanan kami saat ini dan mencerminkan langkah-langkah yang kami ambil untuk menjamin keselamatan awak, kapal, dan kargo pelanggan kami", kata Zim pada 14 Desember.
Kapal-kapal yang masih ingin singgah di pelabuhan terbesar Israel di Ashdod di Israel selatan dan Haifa di Israel utara telah mematikan transponder pelacakannya untuk menghindari deteksi, kata sumber industri pelayaran.