Wahananews ID | Perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia mulai menunjukkan tren yang menggembirakan, di mana jumlah kasus harian pada Jumat (25/2/2022) mengalami penurunan menjadi 49.447 dari sebelumnya 57.426 pada Kamis lalu.
Bahkan, angka kesembuhan harian COVID-19 pada Jumat kemarin mencatat rekor tertinggi sejak awal pandemi sebesar 61.361, melewati rekor sebelumnya pada 6 Agustus 2021 yang sempat menyentuh angka 48.832.
Baca Juga:
Kenali Perbedaan Varian Covid EG.5, Delta dan Omicron
Tren perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit hingga Jumat terpantau melandai di angka 37% dari total kapasitas nasional. Jumlah tersebut turun 1% dibandingkan Kamis lalu yang ada di posisi 38%, dari rata-rata stabil dalam lima hari terakhir sejak 20 Februari 2022.
"Hari ini (Jumat) kita mencatat sejumlah indikator penanganan pandemi menunjukkan angka positif, mulai dari angka kesembuhan, kasus harian, positivity rate, dan juga angka pasien COVID-19 yang dirawat. Namun demikian, kita tidak boleh kemudian lalai. Justru perkembangan ini harus membuat kita semakin berupaya lebih keras untuk dapat segera memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Dari sisi pemerintah, kami terus berupaya menurunkan angka kasus dan memperkuat layanan kesehatan," kata Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dalam siaran pers.
Tren melandainya perawatan pasien Covid-19 secara nasional juga diikuti tren penurunan positivity rate di beberapa daerah selama periode 15-24 Februari 2022.
Baca Juga:
Muncul Varian Covid-19 di Denmark dan Inggris, Masyarakat Diminta Waspada
Di kawasan Jawa dan Bali, ada beberapa provinsi yang sudah mengalami tren penurunan positive rate, seperti DKI Jakarta (-17,5%), Banten (-23,5%), dan Bali (-13,5%). Sedangkan di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, kasusnya juga sudah menunjukkan pelandaian.
Sedangkan di kawasan luar Jawa-Bali, ada provinsi Kalimantan Selatan (-14,8%), Nusa Tenggara Barat (NTB) (-11,2%), Maluku (-6,2%), Papua Barat (-14,5%), dan Papua (-12,7%). Sementara di Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara, kasusnya mulai menunjukkan pelandaian.
Di lain sisi, Enam belas provinsi dilaporkan sudah melampaui puncak varian Delta, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua.
Namun, beberapa daerah masih mencatatkan kenaikan kasus. Di Jawa-Bali, ada provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sementara di luar Jawa-Bali, ada provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara.
"Salah satu upaya menurunkan angka kasus dan memutus rantai penyebaran COVID-19 adalah melalui peningkatan laju vaksinasi, baik untuk dosis primer maupun lanjutan (booster). Vaksinasi telah terbukti mampu melindungi masyarakat dari risiko terburuk hingga kematian, khususnya bagi lansia, anak-anak, dan masyarakat yang memiliki komorbid. Ketiga kelompok masyarakat ini, menurut penelitian, sangat rentan terpapar dan menderita risiko terburuk akibat COVID-19," ujar dr. Nadia.
Vaksinasi Covid-19 diakui oleh ahli kesehatan menjadi salah satu upaya meminimalisir kesakitan dan risiko kematian akibat COVID-19.
Vaksinasi bahkan dianjurkan kepada pengidap komorbid tentunya disertai rekomendasi dari dokter/tenaga medis. Diketahui risiko kesakitan hingga meninggal bagi pasien COVID-19 dengan komorbid jauh lebih besar daripada non komorbid.
Risikonya meningkat apabila pasien komorbid belum mendapat vaksinasi lengkap. Kelompok lanjut usia (lansia) juga dianjurkan segera untuk mendapatkan vaksinasi lengkap dan booster.
"Hal yang terpenting saat ini adalah membangun imunitas penduduk dengan vaksinasi dan protokol kesehatan. Khususnya bagi lansia ketika divaksinasi lengkap dan mampu mengontrol komorbid, maka risiko keparahan akibat COVID-19 akan jauh lebih rendah. Kami juga kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak usah memilih-milih vaksin. Apapun jenis vaksinnya selama telah memperoleh EUA dari BPOM dan rekomendasi ITAGI, aman untuk digunakan," tutup Nadia. [tum]