Wahana News ID I Sumur-sumur resapan di DKI Jakarta dituding beberapa warga membuat gerah pengguna jalan.
Selebritas Soleh Solihun curhat dengan foto lewat akun Twitter pribadinya pada 16 November lalu. Dia mempertanyakan mengenai galian sumur resapan yang berhari-hari tak diangkut dari jalan Intan, Jakarta Selatan, meski proyek terlihat telah selesai.
Baca Juga:
Soal Sumur Resapan, Heru: Jangan Lihat Siapa yang Buat, Tapi untuk Siapa
Dikuti dari CNN Indonesia, menurutnya bekas proyek yang belum dibereskan itu mengganggu lalu lintas di kawasan tersebut.
Bukan hanya itu, setidaknya dalam tempo dua hari kemudian dia membuat utas pelaporan proyek sumur resapan yang menghalangi kediamannya juga.
"Hari ke-2 proyek galian drainase vertikal di depan rumah. Abangnya menjanjikan 3 hari kelar," ujar Soleh dalam salah satu utasnya yang juga menampilkan kondisi galian, Rabu (17/11).
Baca Juga:
Menteng Bukan Daerah Banjir, Tapi Kok Ada Sumur Resapan?
Soleh sudah mengizinkan CNNIndonesia.com untuk mengutip pengalaman pribadinya di utas tersebut.
"Ternyata kata abangnya emang beneran bisa kelar 3 hari. Ini dia tinggal nyemen sama bikin bak kontrol. Tapi, tanahnya gak langsung diangkut (kayaknya ini yang jadi sumber masalah di banyak titik galian). Mungkin kurang banyak truk pengangkutnya," cuit Soleh dalam kelanjutan utasnya, Kamis (18/11) pagi.
Siang harinya dia mengapresiasi pekerja yang meminta pelaksana proyek itu mempercepat mengangkut tanah bekas galian di sana.
Achmad Ismail, seorang pensiunan kementerian PUPR yang menjadi Ketua RW10 di Pondok Pinang, Jakarta Selatan paham betul apa fungsi dari sumur resapan. Oleh karena itu, ketika Pemprov DKI mencanangkan target pembuatan drainase-drainase vertikal, dirinya pun langsung mengajukan surat permohonan agar wilayahnya menjadi salah satu titik proyek.
Bukan hanya ke penguasa di Balai Kota DKI, Achmad pun mengaku mengirim surat ke Kementerian PUPR.
Achmad begitu gigih mengajukan permohonan pembuatan sumur resapan sebab beberapa RT di bawah administrasinya kerap mengalami banjir dari tahun ke tahun. Sebagai mantan pegawai KemenPUPR, ia meyakini bahwa sumur resapan memiliki dampak signifikan dan dapat membantu mengatasi genangan air.
"Kita tunggu-tunggu, [ternyata] suratnya kembali ke Wali Kota [Jakarta Selatan], akhirnya diserahkan ke SDA Kecamatan, balik lagi akhirnya," kata Achmad ketika ditemui CNNIndonesia.com, Rabu (3/11).
Belakangan ketika surat permohonan itu disetujui, kendala pemenuhan target justru datang dari warga RW-nya sendiri.
Depan muka bangunan berjejer 16 belas sumur resapan yang baru selesai dibangun di Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. (CNNIndonesia/ Cintya Faliana)
Sebelumnya, RW 10 yang memiliki luas sekitar 16 hektare tersebut diproyeksikan akan memiliki 70 titik sumur resapan untuk tiga RT yang kerap diterjang banjir, yaitu RT 8,12, dan 13.
Sayang, setelah pembangunan 16 sumur resapan, warga menolak melanjutkan pembuatan sisanya.
"Yang protes tuh sini aja [di RW 10]. Saya ambil 3 titik [pembangunan] karena genangan air. 3 titik itu yang protes," ujar Achmad.
Menurutnya, warga menolak sebab sumur resapan dapat merusak jalan dan mengganggu kendaraan yang akan lewat.
Meski sudah melakukan mediasi dan sosialisasi, warga tetap enggan melanjutkan pembuatan sumur resapan. Bahkan, salah satu titik galian yang akan menjadi sumur resapan terpaksa ditutup setelah digali sedalam dua meter.
Akhirnya, sisa jatah proyek sumur resapan di RW tersebut pun dialihkan ke RW lain. Achmad mengaku enggan melanjutkan pembangunan jika harus terlibat konflik dengan warga yang merasa tak nyaman dengan pembangunan sumur resapan.
"Timbang wis tuo padu, kan isin, [daripada sudah tua tapi bertengkar, kan malu]," tuturnya. (tum)