WahanaNews.ID | Kuwait pada Sabtu (22/4) meluncurkan operasi darurat untuk mengevakuasi warganya dari Sudan di tengah pertempuran antara militer dan kelompok paramiliter di negara Afrika Utara itu.
Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Salim Abdullah al-Jaber al-Sabah mengumumkan upaya penyelamatan yang sedang berlangsung dan menggarisbawahi bahwa operasi itu dilakukan sebagai respons terhadap krisis keamanan di Sudan.
Baca Juga:
Dorong Ekspor ke Kuwait, Wamendag: Potensi Pasar Sangat Besar
Dia mengatakan semua warga Kuwait yang ingin kembali ke negara Teluk itu tiba dengan selamat di Kota Jeddah, Arab Saudi, dan upaya terus dilakukan untuk membawa mereka pulang.
Sementara itu, Mesir mengatakan telah melakukan kontak dengan pihak berwenang di Sudan untuk mengamankan evakuasi warga negaranya.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (21/4) bahwa misi diplomatiknya di Wadi Halfa, Sudan utara, memantau kondisi warga negara Mesir di Sudan dan berupaya memfasilitasi kepulangan mereka melalui penyeberangan darat antara kedua negara. Mesir terletak tepat di utara Sudan.
Baca Juga:
Film Barbie Dilarang Tayang di Dua Negara Ini Karena Dianggap Promosikan LGBT
Pada 18 April lalu, maskapai penerbangan Mesir Egypt Air mengumumkan penangguhan penerbangan ke dan dari ibu kota Sudan, Khartoum, di tengah situasi keamanan yang tidak stabil di sana.
Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) terus berlanjut dan mengakibatkan sedikitnya 413 korban tewas dan 3.551 orang terluka, menurut data PBB per 21 April 2023.
Upaya internasional dan regional sejauh ini gagal mengakhiri pertempuran yang telah dimulai sejak 15 April 2023 itu.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat yang disebut oleh kekuatan-kekuatan politik sebagai kudeta.[zbr]