Wahananews ID | Pandemi membuat banyak orang menggunakan dompet seluler dan aplikasi perbankan digital.
Hal ini membuat penipuan perbankan makin marak terjadi, khususnya terhadap pencurian moneter dan data.
Baca Juga:
Anak 6 Tahun Pesan Makanan Online Rp 15 Juta Pakai Ponsel Ayahnya
Di Nigeria misalnya, banyak korban ditipu untuk membuka identitas perbankan mereka dengan modus iming-iming return kekayaan yang lebih besar.
Penipuan tersebut digunakan pelaku menggunakan deepfake dan reproduksi situs web, sehingga akan sulit untuk dilacak.
Sedangkan di Filiphina, banyak regulator keuangan yang menerima banyak keluhan dari masyarakat yang menerima pesan digital penipuan dengan jumlah yang banyak dalam sehari, yang menawarkan pekerjaan dengan gaji hingga 8.000 peso (US$ 210) sehari, jauh di atas upah minimum.
Baca Juga:
Inilah 5 Dompet Digital Favorit Konsumen, dari GoPay hingga ShopeePay
Pesan-pesan tersebut berisi tautan yang membuka chat pribadi di WhatsApp. Diketahui, tempat peretas saat dilacak dengan alamat IP menunjukkan lokasinya yang berada di India dan China.
"Penipu selalu mencari keuntungan dari peristiwa dunia yang signifikan, seperti pandemi Covid-19 dan akselerasi digital cepat terkait yang disebabkan oleh perintah tinggal di rumah," kata Ms Pia Arellano, presiden perusahaan sekuritas data TransUnion Filipina, dikutip dari straitstimes, Sabtu (29/1/2022).
Gubernur bank sentral Filipina, Benjamin Diokno, mengatakan peretasan dan serangan malware lainnya melonjak 2.324 persen pada 2020, ketika negara itu mengalami pandemi terburuk, sementara phishing naik 302 persen.
Bank Kepulauan Filipina, bank terbesar keempat di negara itu berdasarkan aset, mengatakan telah menutup hampir 2.000 situs phishing dalam tiga bulan pertama tahun 2021.
Hal ini jelas dikaitkan dengan pandemi Covid-19 yang membuat banyak orang melakukan pekerjaan digital mereka lewat rumah, yang mana memiliki kerentanan yang lebih tinggi, tidak seperti keamanan tempat umum seperti kantor.
Selain pandemi, kejahatan perbankan yang meningkat juga dinilai disebabkan dari tingkat kemiskinan yang makin meningkat, karena banyak orang kehilangan pekerjaannya selama pandemi. [tum]