Meski seluruh anggota kabinetnya telah mengundurkan diri, PM Mahinda dan Presiden negara itu yang juga saudara laki-lakinya, Gotabaya Rajapaksa, belum memberikan sinyal untuk mundur.
Sri Lanka sendiri saat ini bergulat dengan apa yang dikatakan sebagai krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948. Krisis yang dialami Negeri Ceylon itu sebagian disebabkan oleh kurangnya mata uang asing karena digunakan untuk membayar utang luar negeri. Akibatnya, negara itu tak memiliki uang untuk mengimpor bahan bakar.
Baca Juga:
Pupuk Subsidi Langka, Camat Pinangsori Sebut akan Koordinasi dengan Dinas Pertanian
Sementara itu, dalam situasi ini, demonstrasi masih terus terjadi. Demonstran meminta Mahinda dan Gotabaya mengundurkan diri akibat dirasa tidak mampu menangani krisis. [tum]