"Giving and Serving merupakan sumber kebahagiaan dan puncak prestasi kehidupan. Sedangkan dalam buku Psikologi Kematian jalan agama dan spiritualitas adalah jalan menuju kebahagiaan."
Pembahas lainnya Dr. Reza Wattimena, pendiri Rumah Filsafat melihat dalam buku ini menggambarkan cakrawala ilmu yang sangat luas.
Baca Juga:
Kuliah Kebangsaan Anies Baswedan "Lentera Demokrasi Jalan Menuju Keadilan Sosial"
"Metode yang digunakan sangat rasional, kritis, komprehensif, dan emansipatoris. Imajinasi Islam bagi Komaruddin Hidayat sebagai pencerah dan pembebas. Dalam filsafat, kritik adalah tanda cinta" ujarnya.
Reza menjelaskan Teori tipologi agama melihat dengan kritis, ada agama kehidupan dan agama kematian.
"Agama kematian cenderung dipaksakan untuk dipercaya serta mendorong perilaku kekanak-kanakan yang cenderung egois, sensitif, dan manja. Elemen perusak dengan mengorbankan manusia, bersifat tidak koheren, penuh takhayul, cenderung memaksa, berobsesi dengan kematian, intoleransi, kekerasan dan terorisme."
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa agama kehidupan adalah agama yang berpijak pada pengetahuan tentang kehidupan dengan dewasa, kebebasan, dan riang-gembira.
"Ajarannya cenderung koheren, berpijak pada pengetahuan, dapat memilih dengan dewasa, memelihara kehidupan, keberagaman budaya, mendorong kebaikan dan keadilan bersama, sederhana, dan rendah hati." Imbuhnya.
Dr. Rossalina Wulandari Co-Founder GlobaNastra memaparkan cara mengatasi krisis identitas, ditemukan dengan siapa dan bagaimana cara mengatasinya.