Fakta keseharian kita menunjukkan korupsi terbesar dilakukan orang-orang berijazah.
Ia menjelaskan bahwa pendidikan perlu menghidupkan "humaniora", pemanusiaan manusia. Sastra, filsafat dipandang tak penting dalam pasar keseharian. Sastra dipinggirkan dan disingkirkan, hanya menjadi pelengkap kurikulum.
Baca Juga:
Kuliah Kebangsaan Anies Baswedan "Lentera Demokrasi Jalan Menuju Keadilan Sosial"
Padahal, sastra mengajak manusia menghayati keindahan, nilai, dan mendengar pikiran jernih dan kebeningan nurani.
"Sastra menumbuhkan dan mengembangkan dimensi kemanusiaan paling esensial. Sastra memanusiakan manusia. Perlu ada oase-oase budaya yang menampilkan dan mengapresiasi puncak-puncak pencapaian dalam bidang humaniora, khususnya sastra." Bebernya.
Dalam sepatah katanya, Prof. Abdul Hadi WM mengingatkan bahwa kita terlalu sering merujuk ke Barat. Termasuk dalam sastra. Padahal, Sastra Timur dan Islam tak kalah kaya dan dalam. Di Timur dan Islam, tradisi intelektual tersimpan dalam karya-karya sastra. Karena itu, penggalian pemikiran dan ide-ide hebat dimulai dari menengok khazanah sastra Timur dan sastra Islam sebagai warisan yang wajib dilanjutkan oleh generasi baru."
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
[Redaktur: Amanda Zubehor]