Pembangunan bendungan baru dan revitalisasi bendungan alami juga dilakukan untuk menjamin ketahanan pangan khususnya di kawasan yang rawan kekeringan.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan perpaduan teknologi dan kearifan lokal (local wisdom) menjadi jurus ampuh mengatasi kesenjangan kapasitas dan ketangguhan sebuah negara dalam mengatasi krisis air akibat perubahan iklim.
Baca Juga:
Indonesia–Jepang Sepakati Langkah Akhir Proyek Mangrove Berkelanjutan di Bawah Dukungan JICA
Menurutnya World Water Forum ke-10 akan menjadi momentum kolaborasi dalam upaya menutup kesenjangan antar bangsa, untuk mengantisipasi lebih dini dampak krisis iklim dan krisis air, baik secara global, regional maupun lokal.
"Untuk mengatasi krisis air yang akan terjadi butuh keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, akademisi dan ilmuwan, pihak swasta, masyarakat dan media," tambahnya.
Director of Asia Pacific and 10th World Water Forum Yoonjin Kim menutup dengan menyerukan seluruh pihak yang terlibat dalam 10th World Water Forum untuk mengatasi krisis air dan menjamin ketersediaan air di masa yang akan datang.
Baca Juga:
Tanda Perubahan Iklim? Nyamuk Kini Bisa Hidup di Islandia!
Menurutnya, World Water Forum ke-10 yang akan diselenggarakan pada 18-24 Mei 2024 di Bali mendatang akan menjadi momentum kolaborasi dalam upaya menutup kesenjangan antar bangsa, untuk mengantisipasi lebih dini dampak krisis iklim dan krisis air, baik secara global, regional maupun lokal.
"Untuk mengatasi krisis air yang akan terjadi butuh keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, akademisi dan ilmuwan, pihak swasta, masyarakat dan media," tutupnya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]