Menurut SYL, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dalam 3 tahun terakhir Indonesia tidak impor beras. Hal ini mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) terhadap ketangguhan sistem pangan dan pertanian dan pencapaian swasembada beras selama 2019-2021 melalui penerapan inovasi teknologi padi.
Kementerian Pertanian melakukan strategi pendekatan lima Cara Bertindak (CB) dalam menjalankan program pembangunan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.
Baca Juga:
Tingkat ASI Ekslusif Meningkat, Tapi Stunting Masih Tinggi di Beberapa Wilayah
Mulai dari CB1 Peningkatan Kapasitas Produksi, CB2 Diversifikasi Pangan Lokal, CB3 Penguatan Cadangan dan Sistem Logistik Pangan, CB4 Pengembangan Pertanian Modern dan CB5 Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).
Selain itu, ia membeberkan sejumlah strategi baru dalam menghadapi krisis pangan dunia. Pertama, peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah; serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi.
Kedua, pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum; domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Ketiga, peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.
Baca Juga:
Biaya Pengiriman Barang ke Israel Naik Akibat Penarikan Jalur Peti Kemas
Adapun terkait dengan digitalisasi pertanian saat ini didukung oleh kemajuan teknologi informasi berbasis internet, penerapan IoT, Robot Construction, Artificial Intelligence untuk pengembangan AWR dan otomatisasi mekanisasi pertanian.
Kemudian, sambung Mentan SYL, pihaknya telah melakukan eskalasi pengembangan bisnis pertanian dengan pendekatan Downsizing & Flat Organizing. Pertama, dilakukan dengan mendorong terbuka dan terciptanya bisnis pertanian.
"Kedua, mendukung wiraswasta muda di bidang pertanian," tambah dia.