Menurut Ketua Perdagangan dan Perencanaan Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan, pasar minyak sawit mentah mendapat bantuan karena Pemerintah India memotong pajak dan memicu kenaikan permintaan. Sehingga, membuat harga CPO dunia kembali naik di tengah tensi di Ukraina yang semakin memanas.
India menurunkan infrastruktur pertanian dan memotong pajak impor minyak sawit mentah dan turunannya menjadi 5% dari 7,5%, jika mengacu kepada pengumuman Menteri Keuangan India pekan lalu.
Baca Juga:
Bappebti Pilih Kalbar Jadi Tuan Rumah Literasi Bursa CPO ke-4
"Dengan penurunan pajak, harga minyak sawit mentah menjadi lebih menarik untuk pembeli India," tutur Direktur Sunvin Group di Mumbai Sandeep Bajoria dikutip dari The Edge Markets.
Pembeli di India membeli 40,000 ton minyak kelapa sawit mentah kemarin, dengan kisaran harga US$ 1.517,50 - US$ 1.525/ton, termasuk biaya kargo untuk pengiriman Maret. Harga CPO telah melonjak lebih dari 50% secara tahunan dipicu oleh pasokan yang terbatas dari Indonesia dan Malaysia.
Direktur Selangor Broker Pelindung Bestari Paramalingam Supramaniam memprediksikan produksi Malaysia pada kuartal pertama tahun ini berada di bawah 1,8 juta hingga 2 juta ton secara bulanan.
Baca Juga:
Kriteria Sosok Capres di Mata 20 Juta Petani-Bos Sawit
Langkah pencegahan lain yang diambil oleh Pemerintah India yaitu memperpanjang tarif dasar bea masuk nol persen pada minyak sawit mentah, minyak kedelai mentah dan minyak biji bunga matahari mentah hingga 30 September 2022.
Langkah ini akan membantu dalam menekan tren kenaikan harga minyak di pasar internasional karena ketersediaan yang terbatas dan faktor eksternal lainnya.
Selain itu, Pemerintah India juga menetapkan kebijakan jumlah batas stok pada minyak nabati untuk jangka waktu sampai 30 Juni 2022 di bawah Undang-Undang Komoditas 1955.