Sejak mau dioperasi serviks, Chris mengaku membutuhkan dana 90 juta hingga bayi kembarnya lahir.
"Istri saya di rawat selama dua bulan sejak operasi serviks hingga lahiran. Dan dana 90 juta dengan saya yang baru lulus CPNS itu belum cukup sehingga cari pinjaman, dan puji tuhan kami pun dapat diskon 20 persen dari dokter yang menangani kami sehingga kami hanya perlu membayar 70 juta awalnya," cerita Chris.
Baca Juga:
Basarnas Evakuasi 7 Korban Selamat KM Ladang Pertiwi ke Banjarmasin
Dana awal 70 juta tersebut pun berhasil di pinjam Chris namun ketika anak lahir ternyata dokter menyatakan bahwa empat bayinya harus masuk ke ruang NICU.
"Karena anak saya lahir dalam usia kandungan 7,5 bulan maka harus dibawa ke NICU untuk diberi alat bantu pernapasan, minum susu dan lain-lain. Jadi anak saya itu lahir dalam keadaan sehat fisik tapi saat ini belum bisa minum langsung jadi harus melalui infus," jelasnya.
Selain itu empat bayinya pun lahir dalam kondisi berat badan yang tidak normal sehingga diharuskan untuk dirawat di NICU.
Baca Juga:
Makin Meluas 2.600 Ternak di Sumut Diduga Terpapar Wabah PMK
"Bayi kembar kami sampai saat ini masih harus dirawat ruang NICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif disebabkan oleh kondisi bayi yang belum stabil karena organ-organ yang belum matang sempurna serta berat badan yang kurang. Dimana anak pertama kami berjenis kelamin perempuan memiliki berat badan 0,850 kg, Bayi kedua jenis kelamin laki-laki dengan berat 1,585 kg, Bayi ketiga jenis kelamin laki-laki beratnya 1,225 kg, dan bayi keempat kami dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 1,015 kg," jelasnya.
Sehingga biaya pasca lahiran ini diakui Christin lebih besar daripada biaya pasca mau melahirkan.
"Karena dirawat di NICU itu perkiraan dokter butuh waktu 2 bulan sementara satu bayi itu bisa sampai ratusan juga jika di estimasi dana yang harus kami dapatkan sekitar 800 juta," katanya.